Benjamin tua berjalan menuju Istana.
Langkahnya lelah tak lagi perkasa.
"Ayah, dimana ini? Sepertinya kita tersesat di hutan. Dan aku mulai lelah, Ayah"
"Sabar nak. Ayah juga lelah. Tapi kita harus tetap berjalan. Kita harus sampai di pesta itu"
"Tapi Ayah, kita sudah berjalan sangat jauh sekali. Sementara Istana itu tak juga terlihat. Kita lupakan saja undangan pesta itu. Apalagi di hutan ini kita bisa mati kelaparan. Kita kembali saja ke rumah".
"Ayolah nak, percaya sama Ayah. Pesta itu sangat megah dan mewah. Bukankah kau menginginkan itu semua???"
"Sebentar Ayah perhatikan dan jawab pertanyaan aku. "Apa jaminannya kalau disana benar ada pesta???"
"Dengar wahai Anakku, walaupun andaikata undangan pesta itu hanyalah sebuah lelucon kosong, setidaknya kita sudah menjauh dari kampung kita yang kebetulan memang tak lagi damai untuk kita hidup di sana. Dan lihat, di hutan ini terasa lebih baik bukan ??? Tak ada lagi kesombongan yang akan menginjak-injak kita"
".............................hmmphh.....baiklah yah.".
Tidak ada komentar: